Wednesday, March 19, 2008

Cerpen: Pedih (chapter 4)

JUNI 2006

Ini seharusnya 2 tahun peringatan kita jadian. Tapi gue nggak tahu, N sekarang dimana. Apakah dia baik-baik saja. Gue udah deket sama cewek lain, namanya R. Ceweknya nggak secantik dan sepinter N, tapi baiknya dan ramahnya sama aja. Gue jadi lebih melankolis sekarang. Kalau dulu gue nggak pernah nulis puisi atau cerita cinta, sekarang gue jago. Beberapa majalah berebut cerpen gue, padahal tarif yang gue pasang salah satu yang tertinggi di kota.

Biarpun gue udah berusaha ngelupain si N, tapi tetap saja gue nggak bisa. Kadang kalau si R di luar kota, gue cabut cincin gue, dan gue ganti pakai cincin gue yang dulu gue beli satu pasang buat gw dan si N. Gue yakin N masih hidup, tapi entah kenapa gue ngerasa kalau N hidupnya nggak bahagia sekarang. Gue berharap gue salah sih.

Sampai suatu hari, saat gue berlibur ke Singapura bersama R, GUESS WHAT!!! Gue ketemu "N", gue yakin dia si N, tapi waktu gue coba ngobrol sama dia, dia bilang "N siapa? Nama gue bukan N." I don't know if any 10-year old child will believe that, tapi gue yakin 100% itu N. Suara mirip, muka persis, cara jalan nggak salah lagi. Apa dia marah karna gue udah ada cewek baru? Apa dia merasa dikhianati? Tapi, dia kan yang kabur dari rumah gue dan pergi meninggalkan gue.

Lalu ada seorang bule dateng mendekati N, dan mereka ngomong bahasa Inggris yang lancar sekali.. Hmm, gue mulai ragu, dulu bahasa inggris N nggak bagus, walau nggak jelek juga. Masa dalam beberapa bulan langsung lancar gitu, jadi gue meyakinkan diri gue sendiri, itu bukan N (walau dalam hati gue masih yakin itu N)

Sehabis pulang dari Singapura, gue dan R jadi sering berantem. Kayaknya R rada cemburu ngelihat gue sering melamun sendirian, dan jadi sering salah panggil R, eh gue panggilnya N. Mana ada sih cewek yang suka diperlakuin begitu, tapi gue mau gimana lagi.

Hidup gue jalan begitu lancar, nggak semenarik dulu, tapi peaceful juga. Sampai suatu hari...


SEPTEMBER 2006

Gue baca koran. GOSSSHHH... Si N masuk penjara, dia dituduh membunuh seorang dengan nama bule, seorang direktur di perusahaan MNC asal Belanda. Wah, mungkin si bule yang waktu itu gue lihat kali.. Bodo amat. Tapi kok bisa sih, si N yang gue kenal orangnya baik sebaik malaikat, ramah sepergi pramugari MEMBUNUH? Ngaco kali tuh berita.

Dan gue sempatkan nengok ke penjara, dan bener juga, itu N. Tapi N bilang nggak kenalin gue. Ya ampun, dia amnesia atau pura-pura sih, kok kayaknya dia nggak sakit mental apa-apa yah...

Dan akhirnya gue bilang ke N gini..

"N, gue nggak minta lu ngenalin gue lagi, tapi asal lu tahu aja.. You are still the queen of my heart."

N diam.. Sunyi sekali... Gue teringat masa-masa lalu gue dengan N. Gue dulu sempet gak nyaman dengan kesunyian, namun semenjak bersama N, gue nggak canggung kalau kita pacaran cuman duduk, mata tertutup, dan menikmati detak jam tangan, kicau burung, dan hembusan angin. Ada orang yang suka musik pop, ada yang suka musik rock, tapi menurut gue, musik yang terindah bernama kesunyian, alias nggak ada suara sama sekali. Aneh yah... Penulis emang aneh.

N, kalau lu bisa baca hati gue, lu bakal tahu kalau lu masih pemilik hati gue... Sampai sekarang, sampai besok, bahkan sampai gue mati.

No comments: